Enarotali, Jubi – Bupati Paniai, Papua Tengah, Meki Nawipa mengaku dirinya tak akan kemana-mana pasca-purna tugas pada tanggal 23 November 2023 mendatang.
“Saya tidak akan pergi kemana-mana, tapi tetap tinggal di sini. Saya juga akan keluar dari kantor ini (kantor bupati) pada tanggal 23 November dengan terhormat,” ungkap Bupati Paniai Meki Nawipa ketika menggelar HUT Pemerintah Kabupaten Paniai yang ke 24 di halaman kantor Bupati Paniai, Selasa, (2/11/2023).
Di hadapan ribuan masyarakat juga Nawipa menyampaikan permohonan maaf jika selama lima tahun kepemimpinannya bersama Wakil Bupati Oktopianus Gobai tidak berkenan kepada hati semua warganya.
“Kesempurnaan hanya milik Tuhan, tapi sesuai dengan kemampuan kami sudah wujudkan dalam karya nyata sesuai motto kami ‘Paniai untuk semua’. Kami fokus pendidikan, ekonomi, infrastruktur dan kesehatan,” katanya.
Menurutnya, orang Paniai yang terdiri dari suku Mee, Moni, Wolani dan Auye kurang bersatu padahal orang Paniai dihargai di mana-mana.
“Ini PR (pekerjaan rumah) bersama. Kapan kita bersatu, ibukota provinsi sudah ada di Nabire, kampungnya orang Paniai,” katanya dijemput tepukan tangan yang meriah.
Meki Nawipa berencana ingin menetap di Paniai, dan fokus untuk pengembangan pendidikan dan ekonomi bagi warga Paniai.
“Mari kita bangun Paniai sama-sama. Jangan gaya-gaya saat punya segalanya, begitu turun dari jabatan juga harus semangat membangun. Saya mau tetap di Paniai saja memajukan sektor ekonomi dan pendidikan. Jangan datang ketika mau calon bupati, tapi kita mulai dari sekarang. Ini negeri kita, waktu baik dan tidak baik Paniai milik kita bersama,” ujarnya.
Menurutnya, di usia Paniai 24 tahun jika dikaitkan dengan umur manusia maka telah memasuki seorang pemuda. Maka usia ini rentang panjang perjalanan karena penuh dengan romantika dan dinamika sejarah. Sebuah Kabupaten yang dulu sangat besar, luas dan superior kini telah menjelma menjadi Kabupaten yang masih dalam etape pencarian kembali identitas dan jati dirinya setelah dua kali melahirkan daerah baru, yakni kabupaten Deiyai dan Intan Jaya.
“Memperingati Hari Ulang Tahun secara filosofis bermakna retrosfektif yaitu dengan sebuah peringatan HUT kita berupaya untuk menengok masa lalu sebagai sebuah mata rantai sejarah dan sebuah masa lalu adalah fondasi yang sangat bernilai sebagai referensi, menapaki masa kini dan masa depan, introsfektif artinya peringatan HUT kita jadikan sebagai sarana mawas diri atau introsfeksi diri dengan demikian setiap etape perjalanan kehidupan ini selalu bermakna karena mampu memberikan jawaban atas persoalan kekinian serta responsif dengan tantangan ke depan,” katanya.
Ia mengaku, semua hasil kerja nyatanya telah ditanam dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
“Yang jangka panjang kita sekolahkan anak-anak Paniai hingga Amerika Serikat, nanti hasilnya 10-20 tahun akan kita panen bersama,” tutupnya. (*)